Sabtu, 12 Juni 2010

Mulut Menghujat Tapi Mata Melihat

Jumat, 11/06/2010 14:42 WIB
Oleh Nurudin

Memalukan sekaligus memilukan! Lagi, untuk kesekian kalinya peredaran video porno ramai diperbincangkan. Yang lebih memprihatinkan, peredaran video porno ini justru ‘dibantu’ oleh banyak pihak.

Sadar atau tidak, pesatnya peredaran video porno yang konon pelakunya - mirip dengan - selebritis negeri ini karena di setiap saat, dan setiap tempat banyak orang dan media yang membicarakannya. Astaghfirulloh! Stop! Hentikan peredarannya saat ini juga. Tak usah membicarakan jika hanya sebagai bahan pergunjingan tapi tidak bisa mengambil pelajaran dan mengajak orang lain pada kebaikan.

Bukan, bukan saya membela pihak-pihak tertentu. Saya hanya sekedar mengingatkan agar kita jangan berlaku layaknya orang munafik. Apa artinya mulut kita menghujat, bila mata kita terus saja melihat gambar dan video porno tersebut. Apa gunanya mulut kita mencaci, bila kita ikut menikmati tayangan mesum tersebut. Apa bedanya kita dengan mereka, yang ada kita sama-sama berdosa.

Siapapun mereka - yang melakukan perzinahan, membuat dan mengedarkan produk-produk maksiat- sudah jelas dosa dan ancaman hukumannya baik di dunia maupun di akhrat kelak. Namun sayangnya, dosa yang mereka lakukan justru diikuti oleh banyak orang dengan membicarakan atau bahkan membeli dan menontonnya. Bila bermaksud mengingatkan dengan mengambil pelajaran dari kejadian ini semestinya ada pesan-pesan yang disampaikan, bukan sekedar mempergunjingkan hingga membuat orang yang lemah iman menjadi penasaran dan akhirnya justru ingin melihatnya. JIka itu yang terjadi, siapkanlah diri anda untuk menanggung dosanya. Nauzubillah!.

Diam, memperbanyak istighfar dan menjadikan kejadian ini sebagai sebuah pelajaran, lebih baik itu yang kita lakukan. Untuk apa sibuk bertanya apakah mereka – para pemain, pembuat dan pengedar – tidak takut dosa, tapi lupa bertanya pada diri sendiri apakah kita juga tidak takut dosa. Apakah membicarakan, melihat gambar dan menonton tayangan mesum tidak berdosa? Jawab pertanyaan ini dengan hati.

Kiamat semakin mendekat, ini bukan sekedar ungkapan. Tanda-tanda akhir jaman sudah semakin jelas terlihat. Salah dianggap lumrah, dosa dianggap biasa. Pejabat menghianati rakyat, korupsi dijadikan hoby dan profesi. Perzinahan tak hanya di kota-kota besar, tapi sudah masuk ke pelosok-pelosok desa. Tontonan dijadikan tuntunan, yang benar-benar tuntunan malah diabaikan. Kanan kiri, depan belakang kita dipenuhi dengan fitnah-fitnah dunia. Hampir tak ada celah lagi untuk menyelamatkan diri, kecuali jika kita membekali diri dengan keimanan dan ketakwaan. Hidup di akhir jaman bukan berarti kita harus terlibat maksiat. Kembali kepada Al Quran dan sunnah nabi adalah satu-satunya jalan agar kita bisa selamat.Insya Allah.