Senin, 07 Desember 2009

Kebaikan di Dunia dan Akhirat

Kamis, 16 Oktober 2008 , 17:08:00
Oleh NINIH MUTHMAINNAH

MAHASUCI Allah SWT yang senantiasa memberikan kesempatan kepada kita untuk menikmati semua karunia di dunia ini dengan penuh syukur. Betapa banyak yang telah Allah berikan sehingga kita tidak mampu menghitungnya. Kesempatan untuk menjalani Ramadan sebulan penuh yang mungkin saja tidak dapat dinikmati oleh sebagian orang pada bulan lalu, semoga saja spiritnya masih kita miliki. Dengan demikian, aktivitas ibadah kita makin meningkat setelah berlatih sebulan penuh.

Siapa pun diri kita, pastinya akan selalu berharap agar kebaikan senantiasa berpihak kepada kita. Siapa yang menolak dapat merasakan dan menjalani berbagai kebaikan? Sungguh rugi orang yang dengan terang-terangan menolak kebaikan. Kebaikan bagaikan makanan utama yang sangat diperlukan oleh tubuh kita agar bisa beraktivitas. Itu sebabnya, mengapa setiap seusai salat, kaum Muslimin memanjatkan doa yang biasa disebut dengan doa sapu jagat, entah apa maksudnya, mungkin karena doa yang satu ini merupakan doa andalan untuk kebahagiaan hidup.

"Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa neraka."

Sesungguhnya setiap orang yang melantunkan doa ini akan mendapatkan apa yang dia usahakan dengan sungguh-sungguh. Namun sayangnya, tidak jarang orang yang mengharapkan kebaikan, tapi dia malah menjerumuskan dirinya pada kebinasaan. Ketika Allah memerintahkan untuk menjaga pandangan demi kebaikan kita, berapa kali kita melanggarnya sehingga kita pun mau tidak mau harus menerima akibatnya yang sudah dipastikan hal itu bukanlah sebuah kebaikan. Ketika Allah memerintahkan untuk makan makanan halal dan thayyib, berapa banyak dari kita yang melalaikannya? Kita bahkan memilih untuk makan sebebasnya tanpa tahu asal-usul makanan tersebut, apakah halal dan thayyib? Tentunya, kita tidak ingin hal buruk menimpa diri kita karena tidak tahu kebaikan apa yang kita inginkan.

Kebaikan di dunia seperti apa yang sebenarnya kita inginkan? Adalah sebuah kebaikan jika kita sebagai hamba Allah dapat menaati semua perintah dan larangan-Nya. Adalah sebuah kebaikan jika kita selalu bersyukur atas rezeki dari Allah berapa pun besarnya. Adalah sebuah kebaikan jika kita senantiasa bersabar ketika menghadapi ujian. Adalah sebuah kebaikan ketika kita mampu berbagi dengan orang lain. Apa jadinya kalau kita sudah tidak mau lagi untuk taat, bersyukur, sabar, dan berbagi? Apakah kebaikan-kebaikan lainnya akan kita dapatkan?

Mencintai kebaikan di dunia akan membantu kita untuk meraih kebaikan di akhirat. Untuk itu, banyak bergabung dengan orang-orang yang sama-sama mencintai kebaikan akan membantu kita untuk mewujudkannya. Kebaikan itu tidak diukur dari banyaknya materi yang kita dapatkan. Kita kadang suka lupa sudah mendapatkan banyak hal sehingga kita merasa belum mendapatkan apa-apa. Hal ini disebabkan karena kita sudah tidak tahu lagi bagaimana cara bersyukur. Alangkah bahagia orang yang masih mampu bersyukur karena itu adalah kebaikan baginya di dunia. Dia tidak akan merasakan kesusahan dalam hidup. Dia pun tidak akan berkeluh kesah, banyak menuntut, dan menyalahkan orang lain atas hidupnya. Bayangkan, baru dari satu kebaikan saja, berapa banyak yang dia dapatkan?

Jika kita ingin mendapatkan kebaikan di dunia, kita pun harus melakukannya. Siapa yang menanam, dialah yang menuai. Niatkan kebaikan itu dilakukan dengan tulus karena buahnya akan terasa manis dan makin manis ketika dibagikan kepada orang banyak. Sebuah nasihat dalam sebuah hadis mewanti-wanti kita agar tidak menjadi orang yang hanya ikut-ikutan saja dalam melakukan kebaikan. Janganlah kamu menjadi orang yang "ikut-ikutan" dengan mengatakan, "Kalau orang lain berbuat kebaikan, kami pun akan berbuat baik. Dan kalau mereka berbuat zalim, kami pun akan berbuat zalim." Akan tetapi, teguhkanlah dirimu dengan berprinsip, "Kalau orang lain berbuat kebaikan, kami berbuat kebaikan pula. Dan kalau orang lain berbuat kejahatan, kami tidak akan melakukannya." (H.R. Tirmidzi)

Kita kadang tidak tahu apa yang menjadi sebuah kebaikan bagi kita padahal kita memintanya setiap hari kepada Allah setiap kali seusai salat. Apakah Allah akan mengabulkannya? Masalah mengabulkan atau tidak, itu menjadi hak Allah. Tugas kita adalah mengenali diri kita sendiri, kebaikan seperti apa yang sesungguhnya kita inginkan. Jika sudah mengetahuinya, tidak sulit bagi kita untuk berikhtiar meraihnya selangkah demi selangkah. Bukankah Allah telah menganugerahkan kepada kita penglihatan, pendengaran, hati, dan seluruh potensi hebat? Menggunakannya dengan benar dan senantiasa meminta bimbingan-Nya, niscaya dapat melahirkan kebaikan-kebaikan yang tidak hanya dapat dinikmati sendiri, namun efeknya sangat luas.

Setelah berlatih sebulan penuh pada Ramadan lalu, kebaikan apa kira-kira yang sudah kita dapatkan? Apakah kita menjadi pribadi yang lebih peduli kepada orang lain? Apakah kita menjadi ahli ibadah yang senantiasa merasa kurang: kurang khusyuk, kurang intens, dan kurang optimal? Apakah kita masih bersemangat untuk melakukan perubahan diri menjadi lebih baik lagi? Jika kebaikan-kebaikan tersebut benar-benar ada pada diri kita, pastinya kita sudah tahu apa yang harus kita lakukan saat ini agar itu semua tetap ada.

Semoga Allah yang Mahakuasa senantiasa menganugerahkan kekuatan kepada kita untuk meraih kebaikan di dunia ini. Tidak ada yang mustahil bagi Allah jika kita meminta kepada-Nya dengan ikhtiar maksimal. Jadikan kebaikan di dunia sebagai jembatan menuju kebaikan di akhirat. Banyak sudah teladan kebaikan yang disampaikan melalui Alquran dan hadis Rasulullah saw. Semuanya menjadi pilihan kita untuk mengikuti semua teladan kebaikan. Perempuan ataupun laki-laki memiliki kesempatan yang sama. Selamat berjuang, saudaraku. Semoga Allah senantiasa membimbing dan memudahkan kita meniti jalan rida-Nya. ***