Minggu, 18 Oktober 2009

surga dan neraka sebagai kendali kehidupan

“Berbekallah kalian sesungguhnya sebaik-baik bekal adl taqwa.”

Taqwa amat berharga dalam kehidupan seorang Mukmin krn menjadi tolok ukur nilai dirinya di sisi Allah SWT sebagaimana firman-Nya dalam Surah Al-Hujurat 13 yg artinya “Sesungguhnya orang yg paling mulia diantara kalian di hadapan Allah adl yg paling bertaqwa.”

Begitu pula utk mengarungi kehidupan akhirat tidak ada bekal yg lbh baik selain taqwa firman-Nya dal Surah Al-Baqarah 197 yg artinya “Berbekallah kalian sesungguhnya sebaik-baik bekal adl taqwa.”

Ketaqwaan juga menyebabkan semua urusan dimudahkan oleh Allah SWT dan dikaruniai rezeki yg tidak terduga. Firman Allah SWT dalam Surah Ath-Thalaq 2-3 yg artinya “Barangsiapa yg bertaqwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezeki dari arah yg tiada disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yg bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan nya.”

Pendek kata taqwa adl sesuatu yg paling mahal yg harus kita kejar raih dan pertahankan dalam diri kita jika ingin menjadi manusia yg paling mulia baik di dunia maupun kelak setelah berpisahnya ruh dari jasad.

Hakikat Taqwa Sebelum berbicara panjang lebar mengenai langkah-langkah meraih taqwa berikut ini definisi taqwa sebagaimana yg dikatakan oleh ibnu Mas’ud “Engkau berbuat taat kepada Allah dgn cahaya dari Allah dgn mengharap pahala Allah dan engkau tinggalkan maksiat kepada-Nya dgn cahaya dariNya krn takut akan siksaNya“.

Dan pengertian tersebut dapat kita pahami bahwa nilai taqwa seseorang amat berkait dgn kadar raja’ terhadap pahala Allah SWT dan kadar khauf terhadap neraka Allah SWT. Selain itu tentu yg paling awal adl seberapa kadar ma’rifatullah yg ia miliki. Itulah tiga unsur dasar yg mendorong seseorang utk bertaqwa kepada Allah SWT.

Oleh krn itu seseorang tidak mungkin bisa menjadi Muttaqin sejati tanpa rasa takut kepada hari akhir yg ujung-ujungnya adl penentuan tempat tinggal syurga atau neraka! Mari kita simak ayat berikut dalam Surah Al-Muzammil 17 yg artinya “Maka bagaimanakah kamu akan dapat memelihara dirimu jika kamu tetap kafir kepada hari yg menjadikan anak-anak beruban“.

Syurga Dan Neraka Pengaruhnya Terhadap Generasi Salafush Shaleh Sebagaimana telah disinggung rasa takut terhadap neraka dan rindu terhadap syurga adl bagian iman yg sangat penting. Bagian ini pulalah yg menyebabkan seseorang mampu mengorbankan apa saja utk Rabbnya dan rela meninggalkan hawa nafsunya agar terhindar dari neraka. Marilah kita simak kembali lembar kehidupan generasi terbaik ummat ini. Salaf Ash-Shaleh yg telah berhasil meresapkan rasa takut terhadap neraka dan rindu terhadap syurga ke dalam sanubari mereka.

Shahabat yg mulia Anas bin Malik r.a. mengisahkan bahwa dalam perang Badar Rasulullah SAW bersabda “Bangkitlah kalian menuju syurga yg luasnya seluas langit dan bumi.” Seorang shahabat yg bernama Umair bin Hamam berkata “Seluas langit dan bumi ya Rasulullah?” “Ya” jawab Rasul. Umair bergumam “Bakh . . . bakh . . .”. Rasulullah SAW bertanya “Apa maksud perkataanmu itu?” Umair menjawab “Demi Allah wahai Rasulullah tidak ada maksud dari perkataanku tadi kecuali aku mengharap utk menjadi salah seorang penghuninya“. Lalu Rasulullah SAW bersabda “Sesungguhnya kamu termasuk salah seorang penghuninya“. Umair kemudian mengeluarkan beberapa kurma dari kantongnya dan memakan sebagian. Kemudian ia berkata “Jika saya harus memakan korma-korma ini semua tentu merupakan kehidupan yg terlalu lama“. Lalu ia lemparkan sisa kormanya kemudian segera maju menyerang musuh sehingga ia terbunuh dan syahid . . .

Begitu juga Amru bin Jamuh. Lelaki ini diberi udzur utk tidak ikut berperang krn kepincangannya. Namun cacat tersebut tidak menghalangi tekadnya utk memasuki syurga dgn jalan jihad bertaruh nyawa. Ketika para putranya mencoba utk menghalanginya agar tidak pergi berperang justru ia mengadu kepada Rasulullah SAW tentang keinginannya masuk syurga dgn kakinya yg pincang. Akhirnya ia diijinkan ikut dalam perang Uhud. Ketika perang sedang berkecamuk Rasulullah SAW bersabda “Bersegeralah utk bangkit menuju syurga yg luasnya seluas langit dan bumi yg disiapkan bagi orang-orang yg bertaqwa“. Maka Amru bin Jamuh segera bangkit dgn kakinya yg pincang seraya berkata “Demi Allah aku akan bersegera kepadanya“. Kemudian ia berperang sampai terbunuh . . .

Sekarang marilah kita melihat gambaran lain dari generasi yg mulia ini tentang rasa takut mereka terhadap neraka. Mereka adl orang-orang yg menjadikan malam mereka penuh tangis dan harap agar terselamatkan dari neraka. Mereka adl sejauh-jauh manusia yg meninggalkan larangan Allah SWT.

Abu Bakar Ash-Shiddiq r.a. mempunyai seorang budak. Suatu malam budak tersebut datang kepadanya dgn membawa makanan. Ketika Abu Bakar Ash-Shiddiq r.a. sedang memakannya satu suapan budak tadi berkata “Mengapa engkau tidak menanyakan tentang makanan ini padahal biasanya engkau selalu menanyakannya?” Abu Bakar Ash-Shiddiq r.a. menjawab “Karena saya sangat lapar. Dari mana kau dapatkan makanan ini?” budak itu menjawab “Suatu saat pada masa jahiliyyah aku melewati suatu kaum kemudian meruqyah mereka dan mereka menjanjikan kepadaku. Tatkala lain waktu saya singgah ke tempat tersebut saya diberi hadiah“. Berkata Ash-Shiddiq “Celakalah kau . . . hampir saja kamu mencelakakanku“. ia meminta semangkuk air dan meminumnya sampai ia bisa memuntahkan makanan tadi. Orang yg melihat hal itu berkata “Semoga Allah merahmatimu. Hanya karan sesuap makanan itukah kau lakukan semua ini?” Beliau menjawa “Seandainya ia tidak bisa keluar kecuali bersama jiwaku pasti aku akan mengeluarkannya. Aku pernah mendengar Rasulullah SAW bersabda ‘Setiap jasad yg tumbuh dari hart yg haram maka neraka adl lbh pantas baginya’. Maka aku takut jika tubuhku ini tumbuh dari sesuap makanan tersebut“.

Khalifah Umar bin Abdul Aziz r.a. suatu ketika menangis sehingga isterinya ikut menangis. Karena tangisan mereka berdua para tetangganya pun ikut menangis. setelah tangis reda isterinya Fatimah bertanya kepadanya “Wahai Amirul Mukminin apa yg membuatmu menangis?’. Ia menjawab “Saya membayangkan keadaan manusia nanti di hadapan Allah SWT. Sebagian masuk syurga dan lainnya masuk neraka“. Kemudian ia menjerit dan pingsan . . .

Abdullah bin Mubarak suatu malam pelita yg meneranginya padam. Setelah dihidupkan kembali ternyata jenggotnya sudah basah dgn air mata krn membayangkan kegelapan hari akhir nanti . . .

Demikian juga Abu Faruq pingsan setelah mendengar satu ayat Al-Qur’an.

Kondisi jiwa seperti inilah yg membuat mereka menjadi manusia yg paling zuhud dan wara’ terhadap dunia dan takut berbuat dosa walau sekecil apapun.

Ikuti lanjutannya “Kondisi Generasi Kiwari” dalam edisi yg akan datang…..

Oleh Al-Islam - Pusat Informasi dan Komunikasi Islam Indonesia

sumber file al_islam.chm